
asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan `abduhu wa rasuluh
Allahumma sholli `alaa syayyidinaa Muhammad wa `alaa ahli wa shahbihi wa man tabi`ahu ilaa yaumiddin
Yaa ayyuhannas yaa ayyuhal hadiruun ittaqullaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illaa wa antum muslimun
Wa qalallahu ta`ala fil qur`anil karim a`udzubillahi minas syaithanirrajim bismillahirrahmanirrahim
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
Qs. Luqman:18
Ma`asyiral muslimin rakhimakumullah
Pertama mari kita panjatkan rasa sembah sujud syukur kita kepada Allah swt yang selalu memberikan anugrah karuniaNya kepada kita dalam berbagai bentuk. Seperti sehat, kuat, semangat niat dan iman sehingga pada kesempatan kali ini dapat menghadiri sidang jamaah jum`at yang semoga di berkahi Allah ini.
Sholawat serta salam tetap terlimpah dari Allah kepada nabi Muhammad saw, ahli keluarga para sahabat dan seluruh pewarin nabi yang membiming kita di bahtera keselamatan ini. Semoga kita bisa menapak tilasi jejak para pendahulu kita. Menuju ridho dan ampunan Allah swt.
Tak lupa dari jum`at ke jum`at khotib mengajak diri dan hadirin sekalian untuk terus giat semangat dalam meningkatkan kadar ketaqwaan diri dengan sebenar benar taqwa. Guna menjaga diri kita tetap berada di line yang sudah Allah sediakan.
Hadirin sidang jamaah jum`at yang semoga dirahmati Allah
Seperti banyak yang kita tau hidup ini layaknya roda, akan terus berputar dimana ada saatnya seseorang merasa di atas ataupun di bawah, namun ini yang kudu kita perhatikan baik baik. Di atas maupun di bawah mestinya kita harus tetap berada pada frame yang sudah Allah tetapkan. Apa ? menjadi hamba yang bertaqwa.
Mustinya ketika kita di atas karena sedang dapat risky melimpah, naik pangkat dalam bidang pekerjaannya atau mungkin kita kala itu dapat meraih keinginan yang selama ini kita harap harapkan. Kita tetap mengamalkan nilai nila taqwa seperti tawadhu` dan wira`i. Sopan santun juga hati hati. Mengapa demikian? Karena dengan mengamalkan nilai nilai tersebut dapat meminimalisir kita terjerumus dalam jurang kehancuran
Begitupula ketika kita merasa sedang di bawah, disebabkan bangkrut ditipu, sakit, berusaha dan gagal atau bahkan susahnya mendapatkan risky. Semestinya kita tetap harus mengamalkan nilai taqwa pula seperti qona`ah dan yaqin. Neriman dan percaya. Karena dengan demikian diri kita dapat terjauhkan dari jurang kekufuran.
Ma`asyiral muslimin rakhimakumullah
Hal ini yang perlu Kita Renungkan. Karena fakta yang terjadi berbalik dari yang semestinya. Umat khususnya kita tidak mengamalkan nilai nila taqwa dalam kehidupan sehari hari. Sehingga dalam memaknai berputarnya roda kehidupan ini sering kali jauh dari kata benar, justru melenceng dan menyebabkan kehancuran serta kesesatannya dirinya.
Seperti contoh ketika kita diatas fenomena yang terjadi kita sering terbawa angin. Menjadi sombong, jumawa dsb. Bahkan kita tidak segan segan menyombongkan diri dihadapan sang semesta. Allah swt. di hadapan padahal Allah swt jelas berfirman dalam Qs Luqman ayat 18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Manusia sering memakai jubah kesombongan padahal seperti firman di atas jelas larangan akan hal itu. Hasilnya apa ketika manusia menjadikan kesombongan sebagai jubahnya, Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membanggakan diri. Bahkan dalam hadist nabi bersabda “tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya takabur atau sombong meski sebesar biji sawi”
Sama halnya dengan ketika roda kehidupan membuat kita di bawah. Fakta yang terjadi, tidak mencoba qona`ah ataupun yakin, kita justru sering putus asa, sambat atau bahkan mengkambinghitamkan tuhan sebagai perencana takdir. Menilai tuhan tidak adil dsb. Lagi lagi kita melakukan kesalahan dalam bersikap terkait perputaran roda kehidupan ini.
Hadirin sidang jamaah jum`at yang semoga di berkahi Allah SWT.
Perlu kita sadari bersama semua prilaku tindakan kita akan d maintain pertanggungjawaban nantinya di akhirat. Jadi mari hadirin sekalian lebih teliti lagi dalam bertindak dan berucap. Jangan grusa grusu ketika melangkah dan jangan ceplas ceplos ketika berucap. Allah selalu mengawasi dimanapun kita berada dan apapun yang kita lakukan.
Selain yang mengatur roda kehidupan, Allah adalah yang memberikan kita kesempatan untuk berada di atas dan memberikan bantuan untuk kita yang berada di bawah. Allah bisa dengan mudah mengambil semua itu dalam sekejap. Jadi sangat naif jika kita berani bersombong di muka bumi ini hanya karena sedang berada d atas putaran roda kehidupan ini.
Selain itu lupakah kita bahwa seluruh hal hal yang ada di dunia ini bersifat sementara, permaianan yang ada batas akhirnya, juga senda gurau. Dimana Allah menegaskan dalam firmannya
وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. (qs al ankabut 64)
Jangan anggap semua ini layaknya akan abadi, ketenaran ketampanan, kekuasaan kekayaan dsb. Tidak , semua ini hanyalah sementara dan bagian dari destinasi destinasi yang wajib kita lalui nantinya. Jadi harusnya kita menanggapi hal ini jangan terlalu di buat baper karena itu bukan focus kita, tidaklah terlalu penting posisi kita di dunia ini. D atas ataupun di bawah fokusnya tetaplah menjadikan Allah sebagai prioritas di atas segalanya. Dan mempersiapkan bekal hidup setelah mati adalah tanggung jawab tiap pribadi insania.
Mungkin cukup itu khutbah awal pada jumat kali ini semoga bermanfaat dan berfaidah bagi diri kita khususnya. Wakurrabbighfir warham wa anta arhamurrahimin
Hamdalillah hamdan katsiran kamaa `amr
asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan `abduhu wa rasuluh
Allahumma sholli `alaa syayyidinaa Muhammad wa `alaa ahli wa shahbihi wa man tabi`ahu ilaa yaumiddin
Ma`asyiral muslimin sidang jamaah jum`at yang semoga di mulyakan oleh Allah
Pada khutbah kedua ini khotib ingin menekankan kembali bahwa tidaklah penting posisi kita di atas atau di bawah jika harus sampai mengabaikan dan mendustakan tuhan. Focus kita jelas seperti yang khotib sampaikan di awal. Jadi harusnya apa apa yang menjadi dampak dari perputaran roda ini semestinya kita arahkan kembali pada tuhan.
Contohnya ketika kita di atas, mau jabatan, harta, kekuasaan, ketenaran dsb. Harusnya menjadi daya dukung kita dalam pelayanan pada Allah swt. itu adalah bukti dari memanfaatkan pemberian tuhan dengan baik. Begitupula ketiak di bawah focus dan waktu kita memanfaatkan semua yang kita punya untuk berlomba lomba melakukan kebajikan berlomba lomba mendekatkan diri pada Allah SWT.
Dengan demikian hadirin sekalian perputaran roda kehidupan ini akan berjalan dengan baik dan harmonis, orang tidak saling menjatuhkan hanya untuk berada di atas orang juga tidak saling menyalahkan karena berada di bawah. Semuanya sibuk dengan pengamalan nilai nila taqwa di dalam situasi apapun yang diterimanya. Diharapkan jika itu terjadi ketika waktu ajal menjemput untuk melanjutkan ke destinasi berikutnya kita di tempatkan Allah di sisiNya, karena selama kita di dunia hidup, kita tidak ngedungsang dan mengabaikan seruan tuhan. Bismillah
Mungkin cukup khutbah pada jumat kali ini semoga kita banyak bisa mengambil manfaat dari apa yang sudah khotib sampaikan, dan mari berdo`a agar Allah memberikan rahmat karuniaNya pada kita semua.
Allahummahdina fiiman haadait, wa afinaa fiiman aafait, wa tawallanaa fiiman tawallait, wa baariklanaa fii a’thoit, wa qinaa syarro maa qooloit, wa innaka taqdli walaa yuqdlo alaika, wa innahu laa yadlillu man walait, wa laa ya’izzuman aadait.., tabaarakta robbana wa ta’allaita walakal hamdu ’alaa maa qodloita astaghfiruka wa atuubu ilaika, wa shollollohu ’ala sayyidina muhammadanin nabiyyil ’ummiyyii wa alaa ashhabiihi ajma’iin… amiin amiin ya rabbal alamin
Waladzikrallahi akbar wa aqimusshalah