Pusat Perlindungan Anak, Wanita, dan Lansia atau disingkat PENGAWAL adalah layanan sistem rujukan informasi dan penyediaan rumah aman (shelter) bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.
PENGAWAL dibentuk sebagai respon atas persoalan sosial kemasyarakatan seperti bencana, konflik, kekerasan rumah tangga, salah asuhan keluarga, yang berdampak buruk terhadap kelompok rentan terutama anak-anak, wanita dan lanjut usia/jompo.
Berikut jenis layanan PENGAWAL yang disediakan untuk survivor:
- Referal System, PENGAWAL membagi informasi tentang survivor dan merujuknya kepada lembaga/instansi yang berwenang menanganinya. Layanan ini didukung oleh jejaring lembaga mitra PENGAWAL dan saluran telpon pengaduan 24 Jam
- Shelter, PENGAWAL menyediakan rumah aman bagi survivor yang ingin mendapatkan perlindungan atau tempat tinggal sementara. Bila dibutuhkan, survivor bisa tinggal secara permanen di asrama bersama anak panti dan santri.
- Konseling: layanan ini dimanfaatkanolehsurvivor yang ingin konsultansi persoalannya menuju tahapan penanganan lebih lanjut
- Home Visit: kunjungan ke rumah survivor
- Care Giver: relawan dari PENGAWAL yang bertugas mendampingi dan melayani semua kebutuhan survivor, terutama yang berkategori difabel
- Klinik 24 Jam: Layanan medis bagi survivor yang membutuhkan perawatan atau penanganan gawat darurat
- Bimbingan Mental: Secara rutin survivor PENGAWAL mendapatkan asupan ruhani melalui majelis taklim, pengajian, peribadatan di masjid, dan juga terapi psikososial.
- Pendidikan: bagi survivor yang ingin memperoleh pengetahuan umum/agama, PENGAWAL menyediakan fasilitas sekolah, pesantren, bengkel keterampilan, dan kegiatan pembelajaran mandiri
- Pemberdayaan: survivor yang ingin mandiri setelah menyelesaikan tahap terminasi, difasilitasi pelatihan dan disediakan alat keterampilan agar dapat melanjutkan hidupnya secara normal
Layanan PENGAWAL yang menggabungkan sistem panti asuhan, panti wredha, pesantren, sekolah, dalam satu komunitas berasrama memungkinkan interaksi sosial yang unik dan menarik. Seorang anak yatim bisa menemukan figur bapak/ibu di kakak asuhnya. Seorang nenek yang kesepian bisa menimang ‘cucu’ dari anak-anak telantar tanpa identitas yang menghuni asrama.
Inilah yang disebut “Big Famili Centre”, dimana sebuah komunitas survivor yang sebelumnya tidak saling kenal kemudian membentuk “keluarga besar” tanpa ikatan darah dan atau tautan biologis. Hanya seduluran karena sama-sama dilahirkan sebagai seorang manusia.
Setiap survivor belajar berempati dan mengatasi persoalannya sendiri. Karena setiap survivor PENGAWAL membawa masalah, sehingga diantara mereka akan mengkomparasi persoalannya dan tidak ada yang merasa paling berat masalahnya. Dari intensitas komunikasi dan kebersamaan yang ditanamkan, survivor akan lebih cepat pulih dan kembali menjalani fungsi sosialnya sebagai manusia.