Ramai orang bicara investasi ekonomi. Penting untuk kemakmuran negeri. Namun ada jenis investasi yang tak kalah penting. Juga untuk kemajuan bangsa. Yang ini malah lebih strategis. Sayangnya belum otipmal dibahas dan disentuh. Belum jadi mainstream. Yaitu investasi generasi.

Saat investasi ekonomi kerap berdampak tergadainya nilai luhur bangsa. Investasi generasi menjadi penyeimbang. Membangun jati diri bangsa. Kala investasi ekonomi menunggu belas kasihan asing. Investasi generasi bisa mandiri kita siapkan. Tak perlu menunggu pihak lain.

Kita bisa mulai dari keluarga kita. Menanam benih anak saleh. Membentuk keluarga saleh. Berikut ada beberapa tips yang saya sarikan dari guru dan ibu saya. Boleh dicoba. Oleh keluarga yang ingin berkontribusi. Dalam investasi generasi. Mulai dari memilih pasangan.

Nikahi pasangan berkriteria saleh. Malam pertama, berwudlulah. Plus sholat dua rakaat. Ingat Tuhan selama proses. Berharap pilinan DNA si benih yang tertanam berkode iman. Iringi proses 9 bulan manufaktur janin dengan tirakat. Puasa sunnah. Elus kandungan dengan kidung bait suci.

Penilitian membuktikan janin mendengar suara di luar kandungan. Memori otak juga merekam. Sangat baik bila dibiasakan mendengar asma Tuhan dan lantunan firman Nya. Sejak di kandungan. Lalu sambut kelahiran dengan seruan adzan. Panggilan kebaikan.

Timang bayi dengan gendongan kasih. Suapi makanan dari rizki yang halal. Daging, tulang, otak yang terbentuk harus dijauhkan dari barang haram. Bantu mereka memilih pergaulan yang baik. Fasilitasi menggemari ilmu manfaat. Bimbing menentukan arah kemandirian.

Anak kita wajib terhindar dari budaya hedon. Ajak mereka berdiskusi tentang tujuan dan masa depan. Sebab di tangan mereka bumi ini akan seperti apa. Memastikan bahwa tugas kekhalifahan yang dibebankan Tuhan, lurus dilaksanakan.

Kalau mau anaknya sholeh, orang tua harus sholeh. Bapak polah anak kepradah. Anak itu intinkly, peniru. Sejak bayi bahkan. Role model utama adalah orangtua di rumah. Jadilah patron bagi mereka. Atas nilai baik yang sudah disepakati di keluarga.

“Nak, jadi orang yang sabar”. Sejurus kemudian, sampean marah ke istri. “Nduk, sana cepat ke masjid. Itu lho sudah adzan”. Sampean kasih perintah sambil nonton sinetron. Mengajarkan kedermawanan. Anak menyaksikan sampean tak peduli tetangga kelaparan.

Anak sholeh itu tidak sekedar anak baik. Tapi juga beriman. Iman itu urusan hati. Hati itu domain Nya Tuhan. DIA yang punya kuasa. Kuatlah berdoa. Mintalah kepada Nya. Tanpa henti. Sebab iman naik turun. Jaga kesalehan anak dengan doa. Doa orangtua krusial bagi anak.

Bersyukur. Ini yang sering kita lupakan. Anak nakal, kita mengeluh ke sana ke mari. Tiba saat Tuhan kasih perubahan baik, anak jadi saleh. Lupa bersyukur. Lupa bahwa itu nikmat. Yang wajib disyukuri. Hati hati, Tuhan cabut nikmat orang yang tidak bersyukur. Anak bisa nakal lagi.

Seringnya malah pamer ke sana ke mari. Anak kita saleh. Anak kita hafal kitab suci. Cerita ke orang dengan bangga. Dengan riya. Khawatirlah, sikap pamer berimbas pada anak. Kesalehan itu naik turun. Bisa berubah bila salah langkah.

Ganti saja dengan syukur. Dalam ucapan dan tindakan. Tampakkan syukur lewat sedekah. Niatkan untuk keistiqomahan si anak. Agar jadi saleh. Agar tetap saleh. Ketimbang memanjakan anak dengan membelikan benda, manjakan anak lewat sedekah atas nama mereka.

Orangtua banting tulang cari nafkah untuk anak. Baik dan penting. Namun sia sia bila lack of chemistry. Miskin interaksi. Jarang diskusi. Hubungan anak orangtua hanya materi. Minim komunikasi. Tak ada transfer nilai. Kirim ke pesantren atau undang guru ngaji. Seolah selesai.

Pesantren bukan lembaga super body. Bukan pabrik bim salabim. Mengirim anak ke pesantren memang pilihan baik. Ke pesantren tidak otomatis saleh. Pesantren sekedar membantu memfasilitasi jalan. Rumah dan keluarga tetap wadah tarbiyah utama.

Hasil riil pendidikan anak tetaplah saat anak kembali. Ke masyarakat. Ke rumah. Saat anak tidak dikekang oleh aturan ketat pesantren. Di situlah tampak aslinya. Saleh atau tidak. Ilmunya bermanfaat atau tidak. Diamalkan atau tidak.

Maka penting untuk membangun lingkungan keluarga yang juga saleh. Keseharian anggota keluarga yang “mirip pesantren”. Orangtua juga harus ngaji. Rajin baca. Supaya tidak terlalu jauh gap dengan ilmu si anak. Agar diskusi di rumah terjadi dinamis.

Wariskanlah prinsip, dignity. Bukan ambisi kebendaan. Bekali dengan ilmu dan iman. Bukan uang dan kekayaan. Ilmu dan iman akan abadi. Uang dan kekayaan akan habis oleh ambisi. Ajari anakmu untuk bahagia. Jangan ajari anakmu untuk kaya. Sebab kekayaan tidak bisa membeli kebahagiaan.

Biarlah kaya jadi bonus kerja keras. Bukan tujuan hidup. Sebab bahagia itu sederhana. Tidak mesti dengan rekreasi. Wisata kuliner berbiaya mahal. Belanja fashion bermerk. Bahagia kerap ditemukan di tengah kaum lemah. Ajak anak berkunjung, mendengar dan berbagi dengan mereka.

Tanamkan prinsip hidup sejak dini. Pahamkan mereka lewat diskusi yang partisipatif. Lalu tegakkan prinsip itu dengan tegas. Teladan orangtua harus konsisten. Jangan permisiv. Atas nama kasihan, lantas prinsip tergadaikan.

Siklusnya sederhana. Anak yang saleh, insya Allah nanti akan jadi orangtua yang saleh. Ada pengalaman menjadi anak saleh. Tahu bagaimana mendidik agar jadi seperti dirinya. Salah satu yang takkan terputus. Meski seseorang meninggal. Anak saleh yang mendoakannya.

Doa anak saleh tidak tersambung ke kubur, bila orangtuanya tidak saleh. Salehkan dirimu, salehkan anakmu. Sukses mendidik anak jadi saleh, sepertinya remeh. Tak perlu berkecil hati. Insya Allah sampean berjasa pada bangsa.

Sampean sedang menyumbang satu benih generasi baik. Positif thinking saja. Tiap keluarga akan melakukan hal serupa. OnlineCasino was founded in clickmiamibeach.com 2007. Ajarkan ketaqwaan, kejujuran, tanggungjawab dan kesederhanaan. Pastikan itu menjadi backbone moral saat mereka jadi pemimpin nantinya.

Insya Allah negeri ini akan diberkahi. Mau negeri ini hebat jangan hanya berdebat. Mulailah berbuat. Awali dari diri dan keluarga. Quu anfusakum waahlikum naaro. Bismillah

Salam Senin Bening.

Related posts

Leave a Comment