Syukur, merasa cukup dan bahagia atas apa yang telah diterima lalu melakukan upaya baik atas anugrah tersebut. Melalui gemar berbagi kepada sesama, semakin giat mendekat kepada Allah disamping berucap terimakasih kepada pemberi.

Topik syukur ni’mat Allah akan selamanya bermanfaat, setidaknya untuk reminder sesungguhnya manusia tidak memiliki apa-apa. Terlebih bisa menjadi penawar penyakit wahn sekaligus berfungsi kemudi hati pada ketamakan akan materi duniawi.

Diskusi senin malam bersama para santri baru di Pondok Pesantren SPMAA menyisahkan kisah baik untuk dicerita kepada pribadi-pribadi pencari kedamaian hati yang hakiki. Kita semua yakin, sejatinya ketenangan hati bukan ada dimateri tetapi justru ketika kita dekat pada Ilahi.

Dibuka dengan pemaparan bab belajar mengetahui jumlah dan macam pemberian Allah kepada manusia. Poin kedua; pentingnya syukur atas ni’mat, sebagai kunci awal membangun komunikasi manusia kepada Tuhanya.

Pertanyaan dari pemuda asal Martapura membuka sesi tanya jawab, “kenapa manusia lupa syukur ?“ dan “Bagaimana agar kita menjadi orang yang ahli syukur ?”.

Sebelum pertanyaan tersebut kami lempar kepada para santri yang hadir, kami coba konversi pertanyaan tersebut dengan sebuah gambaran dan analogi sebagai alat/bahan bagi para santri baru untuk mengali jawaban dari potensi yang mereka miliki.

“Si A dan Si B sama-sama memegang baju baru. Bedanya, baju baru Si A hasil jahitan sendiri, dan milik Si B pemberian orang lain. Apa kesan pertama kedunya saat pertama kali memegang baju tersebut ???”. Mucul aneka jawaban, dengan kesimpuan berikut.

“Kenapa manusia sering lupa bersyukur ?”. “Karena merasa tidak diberi/menerima sesuatu”. . . .
“Kenapa tidak merasa diberi/menerima sesuatu ? And of course, we how to get more casino chips gta 5 also have slots. ”. “Karena tidak sadar, tidak tau, tidak faham bahwa apa yang dimiliki adalah hasil pemberian”. . . . .
“Kenapa tidak faham dan tidak sadar ?”. “Karena belum begitu mengenal si Pemberi (Allah SWT) ”. . .

Manusia belum begitu “mengenal” Tuhannya, Allah. Tidak kurang ajakan untuk bersyukur, setiap ceramah kegiatan apapun diawali ajakan untuk beryukur, tapi berlalu begitu saja. Alhasil, cikal bakal kebagiaan itu pun kabur.

Pangkal masalah tersebut harus dipertanyakan untuk menjadi bahan renungan. “sejauh mana muatan dan metode pendidikan keTuhanan kita selama ini. Siapa yang bisa mengenalkan kepada Allah, jangan-jangan yang selama ini mengaku petugas Allah sejatinya juga belum begitu mengenal Tuhannya (atau bahkan belum pernah kenal) ??? ”.

Sekedar referensi informasi. Di SPMAA para santri diwarisi Bapak Guru Muchtar cara belajar mengenal Allah. Tiga Proyek Besar poin pertama. “Mengenal Allah secara mendekat dan mendasar”.

Itulah warisan yang paling berharga untuk pusaka dan bekal di tiga etape kehidupan manusia.

Tahapan awal kenal Allah Seperti urutan pertanyaan dan jawaba diatas. Apa yang manusia miliki seakan hasil jahitanya sediri. Alih-alih nikmat non tubuh (udara air, tanah, tumbuhan), anugrah dalam seringkali kita mangir dari syukur.

Cerebellum, hipotamulus, nukleus, mesencephalon. Adalah nama dari organ penting dalam otak manusia yang berfungsi fital. Cerebellum bertugas mengotrol gerak dan keseimbangan sekaligus berfungsi membantu mengingat kemampuan motorik.

Dan masih ada ribuan organ tubuh manusia yang belum banyak kita tau. Hening, mereka merenung… “Ada pertanyaan ?”, sahutku. “Apa kita harus menghafah satu persatu organ tubuh tersebut untuk melengkapi ucapan terimkasih kita ? ”.

Tidak ada salahnya, bagus kalau bisa. Kalau pun tidak hafal setidaknya tiap hari kita mengucapkan terima kasih kepadaNya minimal 1000 x. Sebagai penegas bahwa kita ingat, kita sadar akan semua pemberianNya, bukan merasa sebagai penjahit.

Mengetahui dan sadar bahwa Allah-lah pemilih semua organ tubuh ini, melahirkan rasa kerendahan hati, siap diremehkan, dibarengi ketaatan, amal sosial menyatu dengan ibadan ritual. Dari sinilah relevansi komunikasi manusia kepada Allah terjalin.

Pemaparan diatas adalah cerita saat jagongan bersama santri. Kami niati sebagai wujud keseriusan para santri untuk bisa menjadi hamba yang dekat kepada Allah melalui pintu syukur….

“Agar pelajar syukur ini tumbuh dan terpatri dalam sanubari”. “minggu depan sampean semua start dari asrama jalan datang ketempat ini dengan penutup mata” pungkasku sebelum kuahiri salam… Dengan reflek kaget mereka menjawab “siap”…

Bismillah

Related posts

Leave a Comment